Karya Bruder Karitas untuk melayani pendidikan anak-anak tunagrahita
telah digagas dan direncana oleh seorang Bruder misionaris asal Belanda sekitar tahun 1970 - an. Beliau adalah Br. Benignus
FC. Ia adalah seorang ahli pendidikan anak Tuna grahita. Tetapi waktu itu ia menjabat sebagai Vice Provinsial Bruder Karitas
di Indonesia. Karena belum ada tenaga bruder yang lain, maka langkah pertama yang dilakukan adalah seorang Bruder Karitas asli Indonesia
ditugaskan belajar bidang Pendidikan Luar Biasa jurusan tunagrahita, bruder itu adalah Br. Laurensius Harsoprayitno FC( almarhum
). Setelah Br. Laurentius tamat belajar, pada tahun 1981 dimulailah karya pendidikan anak tunagrahita di Purworejo Kedu dengan
menggunakan gedung di sebelah Timur Bruderan Karitas di Purworejo. Br. Laurensius dalam perjalanan tugasnya mengembangkan
karya pendidikan bagi anak tunagrahita, ia juga menjadi salah seorang anggota kelompok penyusunan dan pengembangan kurikulum
nasional pendidikan anak tunagrahita di Indonesia.
Karena pertimbangan semakin tahun muridnya
semakin bertambah, dan juga adanya peluang baru sebab ada anak yang berasal dari luar kota Purworejo, maka munculah inisiatif
baru untuk membangun gedung baru di desa Borowetan Purworejo ( 5 km dari kota Purworejo ) Setelah melalui proses yang cukup
lama maka pada tahun 1991, SLB-C Karya Bhakti Purworejo pindah menempati lokasi di desa Borowetan Purworejo yang dilengkapi
dengan asrama sekolah. Pada tahun 1991 jumlah anak asrama 4 anak dan 1 anak sampai saat ini masih di asrama karena tidak diperhatikan
oleh orangtuanya atau dibuang oleh orangtuanya. Jumlah murid tahun itu sekitar 60 anak. Semakin tahun muridnya semakin bertambah.Tahun
2004 jumlah muridnya 75, tahun 2005 jumlah muridnya 85 anak dan tahun tahun 2006 ini jumlah muridnya sebanyak 105 anak. Perkembangan
asramapun semakin tahun semakin bertambah. Tahun 2004 jumlah anak asrama 12 anak, tahun 2005 jumlahnya 20 anak dan tahun 2006
jumlah anaknya 26 anak. Untuk asrama sebagian besar berasal dari luar kota Purworejo misalnya dari Jakarta, semarang, Ambon,
Yogyakarta, Sragen, kalimantan, Pekalongan, Purwokerto, Magelang dan ada beberapa anak dari daerah sekitar Purworejo. Untuk
anak yang tidak tinggal di asrama kami menggunakan 2 mobil antar jemput sekolah yang setiap hari menjemput dan mengantar anak-anak.Sebagian
Besar keadaan ekonomi keluarga adalah kurang mampu sehingga mempengaruhi biaya operasional pendidikan begitu tinggi. Kenyataan
ini setelah kami mengunjungi ke keluarga masing-masing anak.
|